Thursday, March 6, 2014

2014/9 By The River Piedra I Sat Down and Wept (Paulo Coelho)

Sumber: Mars Dreams
Penulis: Paulo Coelho
Penerjemah: Rosi L. Simamora
Desain: Dina Chandra
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 6, Mei 2011

Teman Masa Kecil
Selama ini kehidupan Pilar di Zaragoza berjalan begitu saja, tanpa ada impian yang benar-benar membuatnya hidup. Satu hari, dia mendapat undangan dari tema masa kecilnya yang akan memberikan kuliah di Madrid. Sang teman itulah impiannya, sosok yang dia cintai semenjak kecil. Namun, mereka sama-sama memendam perasaan yang tak terungkapkan. Selama ini kabar cowok itu hanya Pilar dapatkan melalui surat.

Dan dia terkejut. Ternyata teman masa kecilnya itu seorang yang cukup terkenal. Hadirin kuliahnya sangat banyak. Orang-orang mengatakan cowok itu mampu melakukan mukjizat. Tentu saja Pilar bingung. Setelah sekian lama, orang yang ditemuinya sama sekali berbeda. Temannya calon imam, yang sedang belajar di seminari, dan membawa ajaran baru: bahwa Tuhan juga mempunyai sifat feminin.

Cowok itu mengajak Pilar ikut serta ke tujuannya selanjutnya, ke Bilbao, ke Prancis. Pilar ragu, dia punya kehidupan di tempat asalnya, dia harus kembali ke kampus dan belajar. Namun, selama ini Pilar sama sekali tidak pernah berpetualangan. Dia merasa tidak pernah membiarkan spontanitas memberikan warna pada hidupnya. Dengan bujukan temannya, akhirnya Pilar bersedia. 

Namun, perjalanan itu menjadikan dilema dalam hati Pilar menjadi. Dia masih mencintai cowok itu dan sebaliknya. Mereka saling mengucapkan cinta. Hanya ada satu hal yang perlu mereka tuntaskan. Sang calon imam membawa misi dalam hidupnya. Dia bisa menerima misi itu demi umat manusia, tetapi ada hal yang perlu dikorbankan. Dan pengorbanan paling besar adalah melepaskan Pilar.

Pilar, setelah sekian lama membiarkan mimpi-mimpinya diam, bermaksud untuk memperjuangkan cintanya. Sayangnya tak semudah itu jika yang berada di tengah-tengah mereka adalah Tuhan dan keimanan. Pilar pun tidak ingin kembali ke kehidupan biasanya, dia ingin ikut bersama cowok itu demi melayani Dia dan semacamnya.

Sisi Feminin Tuhan
Jika Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, bukankah berarti Tuhan memiliki dua sisi, yaitu maskulin dan feminin? Itulah salah satu pertanyaan yang diajukan dalam novel ini. Selain Bapa ilahi, juga ada Bunda Ilahi, yaitu Maria yang Dikandung tanpa Noda. Tuhan, melalui Maria, melahirkan anak-Nya, Yesus, untuk memberikan kebahagiaan bagi umat manusia. Kebahagiaan, itulah yang diinginkan Tuhan, tetapi manusia mempunyai sifat buruk untuk melukai sesamanya.

Itulah sebagian hal yang menjadi ajaran sang imam. Pilar mencoba memahaminya. Dia tidak terlalu relijius, bahkan dia tidak percaya lagi pada ajaran agama yang diwariskan dari orangtuanya (ajaran bahwa Tuhan adalah laki-laki). Bagi Pilar, hal-hal seperti itu tidak membawanya ke mana-mana. Namun, dia merasakan keimanan kembali setelah bersama-sama temannya itu kembali. Dia belajar mengenai kasih sayang, yang mereka yakini adalah perwujudan sifat feminin Tuhan.

Khas Paulo Coelho
Tulisan Paulo Coelho, menurutku, selalu terasa magis. Aku sudah membaca The Alchemist, Aleph, Veronica Decides to Die, dan buku ini. Ketiga-tiganya memberikan kesan yang sama bagiku. kalimat-kalimatnya seakan melayang, berada di atas kertas. Masalahnya, itu membuatku terkadang sulit untuk berada di dalam cerita. Aku perlu mengulang berkali-kali beberapa paragraf sebelumnya demi mengingat apa yang terjadi. Apakah karena terlalu banyak dialog ‘ceramah’ di dalamnya? Bisa jadi.

Paling tidak, tema yang berat bisa disajikan dalam balutan cerita cinta. Tentang ajaran agama, pengorbanan demi melayani Tuhan, dan cinta yang berada di tengah-tengah ketidakpastian. Bagi Pilar, sepertinya neraka berada di tengah-tengah surga. Artinya: agar manusia ingat kepedihan di saat mereka bahagia. Satu hal ada demi bisa memahami hal lain.