Sumber: motherwifeme |
Penulis: Seth Godin
Penerjemah: Tim Publishing One
Penyunting: Antonius Hermawan Susilo
Penerbit: Publishing One
Cetakan: I, 2009
Sekelompok Fresh Graduate
Suatu hari, kita menjadi fresh graduate yang diterima perusahaan. Kita bersama-sama merantau dari kampung ke kota besar demi meniti karier. Di bulan-bulan awal memasuki perusahaan, kita begitu antusias. Perusahaan inilah tempat belajar sekaligus mempraktekkan apa yang pernah kita peroleh di bangku kuliah—walaupun katanya apa yang ada di kuliahan berbeda dengan di lapangan (Hmm, what a stupid statement, I think) —selama empat lima tahun. Pertemuan dengan teman-teman seangkatan adalah saat untuk ‘berbangga’ dengan perusahaan kita masing-masing.
Lalu, setelah beberapa bulan semua berubah. Curhat antusiasme berubah menjadi curhat kekesalan terhadap manajemen dan kinerja perusahaan. Idealisme para mantan mahasiswa ini terkoyak, membebani pikiran mereka, dan membuat mereka menginginkan perubahan. Tetapi curhatnya hampir sama setiap kali bertemu. Sehingga sampai pada pertanyaan: “Kenapa tidak resign saja?”
Dan dia memilih resign.
Dan dia kalah.
Dia tidak menjdi agen perubahan. Ya, agen perubahan, frasa yang sering dilantangkan para mahasiswa. Namun, frasa ini menjadi terlalu sempit karena bagi mereka hanya perubahan diperlukan dalam bidang politik. Padahal masih banyak kelompok-kelompok lain yang butuh diubah, termasuk perusahaan yang bermanajemen dan berkinerja buruk itu.
Jika aku merujuk pada buku yang ditulis oleh pakar marketing ini, Seth Godin, dipastikan teman kita itu tidak menyadari bahwa dia bisa memimpin untuk perubahan. Tidak peduli apakah dia hanya seorang entry level. Dia dibutuhkan untuk melakukan perubahan tersebut. Karena salah satu ciri-ciri pemimpin adalah merasakan kemandekan yang membutuhkan perubahan atau inovasi hingga kelompok menjadi maju dan dinamis.
Jika kamu merasakan sesuatu hal yang butuh diperbaiki, kamu bisa menjadi pemimpin untuk memulai gerakan. Karena kamu dibutuhkan untuk perubahan tersebut.
Leadership
Tidak ada kaitannya kepemimpinan dengan senioritas. Sama sekali tidak ada. Kepemimpinan pun bukan bawaan dari lahir. Karismatik bukan syarat menjadi pemimpin, walaupun pemimpin pasti memiliki karisma. Tidak ada gen khusus pemimpin, atau pun ciri khas bentuk wajah dan sebagainya. Pemimpin bisa tua, muda, kaya, miskin, ekstrovert, maupun introvert. Hanya ada satu persamaan para pemimpin ini: mereka memutuskan untuk memimpin.
Oh, ya, kepemimpinan juga bukan tergantung pada jabatan. Bahkan posisi manajer bukan jaminan seseorang menjadi pemimpin.
Terlalu ambisius dan seakan haus kekuasaan? Tidak, yang diinginkan oleh pemimpin bukanlah ketenaran atau kekuasaan. Pemimpin menginginkan perubahan dan kemajuan bagi tribe-nya.
Apa itu TRIBE?
Sekelompok orang yang terhubung dan dipimpin oleh seseorang. Tribe bisa perusahaan, komunitas, yayasan, bahkan grup di Facebook atau akun Twitter. Dan tribe, mau tidak mau, membutuhkan seorang pemimpin. Sekelompok orang yang berhobi sama tetapi tidak ada yang memimpin, itu hanya sekadar kerumunan, bukan tribe. Dan pemimpin membutuhkan tribe, atau ada istilah “True fans”, yaitu orang-orang yang peduli dengan apa yang kita lakukan. Peduli = mendukung = mengikuti.
Sebaiknya semua orang membaca buku ini, karena setiap manusia berada di kelompok. Begitulah sifat dasar manusia. Kita selalu berkelompok dengan orang-orang yang satu pandangan dengan kita, satu visi dan tujuan. Dengan membaca buku ini, kita akan mendapat banyak sekali pandangan mengenai menjadi seorang pemimpin.
Buku ini memang bukan buku how-to yang memuat langkah-langkah menjadi pemimpin. Buku ini tidak memiliki tutorial atau ritual yang harus dilakukan oleh pemimpin. Buku ini memberitahu dan mengingatkan hal-hal apa saja yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemimpin. Contohnya: pemimpin tidak takut pada perubahan, pemimpin adalah orang yang menentang status quo, menghantam kemandekan.
Seth Godin menulis buku ini dengan sistematika yang kurang jelas. Tak ada daftar isi pada buku ini. Kita tak mendapatkan bab-bab besar yang memuat sub-sub bab. Sesuatu yang cukup mengganggu di awal pembacaan, tetapi kita bisa memahami bahwa tujuan buku ini adalah sebagai pemberitahu (untuk pembacaan pertama kali) dan pengingat (untuk bacaan selanjutnya). Kita bisa membuka halaman mana saja suatu saat nanti dan membaca satu bagian. Setiap bagian ditulis pendek-pendek, judulnya dihitamkan, seperti caraku menulis resensi ini. Jadi, bagi yang membutuhkan inspirasi cepat mengenai kepemimpinan, bisa menikmati buku ini sambil minum kopi pagi hari.